Rabu, 04 November 2009

Rantai Kebaikan

Pada suatu hari seorang pria melihat seorang wanita lanjut usia sedang
berdiri kebingungan di pinggir jalan. Meskipun hari agak gelap, pria itu
dapat melihat bahwa sang nyonya sedang membutuhkan pertolongan. Maka
pria itu menghentikan mobilnya di depan mobil Benz wanita itu dan
keluar menghampirinya. Mobil Pontiac-nya masih menyala ketika pria itu
mendekati sang nyonya.

Meskipun pria itu tersenyum, wanita itu masih ketakutan. Tak ada
seorangpun berhenti menolongnya selama beberapa jam ini. Apakah pria ini
akan melukainya? Pria itu kelihatan tak baik. Ia kelihatan miskin dan
kelaparan.

Sang pria dapat melihat bahwa wanita itu ketakutan, sementara berdiri
di sana kedinginan. Ia mengetahui bagaimana perasaan wanita itu. Ketakutan
itu membuat sang nyonya tambah kedinginan.

Kata pria itu, "Saya di sini untuk menolong anda, Nyonya. Masuk ke
dalam mobil saja supaya anda merasa hangat! Ngomong-ngomong, nama saya
Bryan Anderson."

Wah, sebenarn ya ia hanya mengalami ban kempes, namun bagi wanita
lanjut seperti dia, kejadian itu cukup buruk. Bryan merangkak ke bawah
bagian sedan, mencari tempat untuk memasang dongkrak. Selama mendongkrak
itu beberapa kali jari-jarinya membentur tanah. Segera ia dapat mengganti
ban itu. Namun akibatnya ia jadi kotor dan tangannya terluka.

Ketika pria itu mengencangkan baut-baut roda ban, wanita itu menurunkan
kaca mobilnya dan mencoba ngobrol dengan pria itu. Ia mengatakan kepada
pria itu bahwa ia berasal dari St. Louis dan hanya sedang lewat di jalan
ini. Ia sangat berutang budi atas pertolongan pria itu.

Bryan hanya tersenyum ketika ia menutup bagasi mobil wanita itu. Sang
nyonya menanyakan berapa yang harus ia bayar sebagai ungkapan terima
kasihnya. Berapapun jumlahnya tidak menjadi masalah bagi wanita kaya itu.
Ia sudah membayangkan semua hal mengerikan yang mungkin terjadi seandainya
pria itu tak menolongnya.

Bryan tak pernah berpikir untuk mendapat bayaran. Ia menolong orang
lain tanpa pamrih. Ia biasa menolong orang yang dalam kesulitan, dan
Tuhan mengetahui bahwa banyak orang telah menolong dirinya pada waktu yang
lalu. Ia biasa menjalani kehidupan seperti itu, dan tidak pernah ia
berbuat hal sebaliknya.

Pria itu mengatakan kepada sang nyonya bahwa seandainya ia ingin
membalas kebaikannya, pada waktu berikutnya wanita itu melihat seseorang
yang memerlukan bantuan, ia dapat memberikan bantuan yang dibutuhkan kepada
orang itu, dan Bryan menambahkan, "Dan ingatlah kepada saya."

Bryan menunggu sampai wanita itu menyalakan mobilnya dan berlalu. Hari
itu dingin dan membuat orang depresi, namun pria itu merasa nyaman ketika
ia pulang ke rumah, menembus kegelapan senja.

Beberapa kilometer dari tempat itu sang nyonya melihat sebuah kafe kecil.
Ia turun dari mobilnya untuk sekedar mencari makanan kecil, dan
menghangatkan badan sebelum pulang ke rumah. Restoran itu nampak agak
kotor. Di luar kafe itu ada dua pompa bensin yang sudah tua. Pemandangan
di sekitar tempat itu sangat asing baginya.

Sang pelayan mendatangi wanita itu dan membawakan handuk bersih
untuk mengelap rambut wanita itu yang basah. Pelayan itu tersenyum manis
meskipun ia tak dapat menyembunyikan kelelahannya berdiri sepanjang hari.
Sang nyonya melihat bahwa pelayan wanita itu sedang hamil hampir delapan
bulan, namun pelayan itu tak membiarkan keadaan dirinya mempengaruhi sikap
pelayanannya kepada para pelanggan restoran. Wanita lanjut itu heran
bagaimana pelayan yang tidak punya apa-apa ini dapat memberikan suatu
pelayanan yang baik
kepada orang asing seperti dirinya. Dan wanita lanjut itu ingat kepada
Bryan.

Setelah wanita itu menyelesaikan makanannya, ia membayar dengan uang
kertas $ 100. Pelayan wanita itu dengan cepat pergi untuk memberi uang
kembalian kepada wanita itu.. Ketika kembali ke mejanya, sayang sekali
wanita itu sudah pergi. Pelayan itu bingung kemana perginya wanita itu.
Kemudian ia melihat sesuatu tertulis pada lap di meja itu.

Ada butiran air mata ketika pelayan itu membaca apa yang ditulis wanita
itu: "Engkau tidak berutang apa-apa kepada saya. Saya juga pernah ditolong
orang. Seseorang yang telah menolong saya, berbuat hal yang sama seperti
yang saya lakukan. Jika engkau ingin membalas kebaikan saya, inilah yang
harus engkau lakukan: 'Jangan biarkan rantai kasih ini berhenti padamu..'"

Di bawah lap itu terdapat empat lembar uang kertas $ 100 lagi.

Wah, masih ada meja-meja yang harus dibersihkan, toples gula yang
harus diisi, dan orang-orang yang harus dilayani, namun pelayan itu
memutuskan untuk melakukannya esok hari saja. Malam itu ketika ia pulang ke
rumah dan setelah semuanya beres ia naik ke ranjang. Ia memikirkan tentang
uang itu dan apa yang telah ditulis oleh wanita itu. Bagaimana wanita baik
hati itu tahu tentang berapa jumlah uang yang ia dan suaminya butuhkan?
Dengan ke lahiran bayinya bulan depan, sangat sulit mendapatkan uang yang
cukup.

Ia tahu betapa suaminya kuatir tentang keadaan mereka, dan ketika
suaminya sudah tertidur di sampingnya, pelayan wanita itu memberikan ciuman
lembut dan berbisik lembut dan pelan, "Segalanya akan beres. Aku
mengasihimu, Bryan Anderson!"


Sumber: Dari e-mail s'orang sahabat

1 komentar:

  1. makasih ya post ceritanya..
    emang janji Tuhan benar kan..Dia akan beri balasan yang lebih baik dari apa saja kebaikan yang kita buat..asal saja ikhlas :)

    BalasHapus