Sabtu, 08 November 2008

Pesan dari Jantung

PESAN DARI JANTUNG

Kadang aktivitas keseharian kita menjadikan kita seperti mesin yang terus bergerak tanpa henti. Karenanya banyak hal-hal penting yang luput dari perhatian kita. Merasakan detak jantung misalnya. Mungkin sebagian dari kita menganggapnya hal sepele, tetapi sebagian orang menganggap tindakan ini penting dan merupakan “alarm” yang selalu mengingatkan mereka selama detakannya masih terasa.


Gerakan jantung yang memompa darah bukanlah gerakan kosong belaka, tanpa pesan dan tanpa makna. Jika kita mau berhenti dari aktivitas kita, diam sejenak dan berusaha merasakan degub jantung kita, maka akan terdengar bisikan. Detak jantung kita seolah berbisik “ Sungguh! Hidup ini hanyalah rentetan detik demi detik. Karena itu perbuatlah untuk dirimu sesuatu yang bermanfaat, bermakna dan dapat dikenang.”


Yap, hidup ini hanyalah rentetan detik demi detik, menit demi menit dan pergantian siang dan malam yang mengikuti perputaran bumi. So, adalah tindakan yang bijak jika kita berusaha menorehkan warna-warni yang indah berupa karya nyata yang bermanfaat dan dapat dikenang di antara rentetan detik-detik kehidupan kita.


Jika kita tidak mampu memberi warna yang baik dan indah dalam lembaran hidup kita, maka kita laksana mayat yang berjalan. Masih hidup, tetapi “mati”. Seperti yang dikatakan oleh sebagian orang:


Suatu kaum telah mati

Namun kemuliaan dan kebesaran mereka tidak mati

Dan suatu kaum masih hidup

Namun mereka telah mati di antara manusia


Untuk menjadikan hidup kita lebih bermakna, mungkin petuah Dr. Yusuf Qardawi berikut patut dijadikan renungan. Beliau mengatakan dalam syairnya:

Mereka berkata: kebahagian terdapat dalam kevakuman, kemalasan dan ketidakdinamisan...

Dengan sesuap nasi yang engkau miliki tanpa bekerja keras...

Dengan mengatakan apapun tanpa ada penolakan dan protes...

Berjalan bersama dengan tongkat yang selalu dituntun tanpa pernah menuntun..

Aku mengatakan sebaliknya,

Bahwa kehidupan adalah dinamika, bukan kevakuman dan kepasifan...

Dia adalah pergerakan dan perkembangan, bukan kejumudan dan kekerasan yang membatu...

Dia adalah perasaan akan kemenangan, bukan kemenangan yang tanpa usaha...

Dia adalah proses menikmati keletihan, bukan menikmati kemalasan...

Inilah kehidupan dan begitulah keadaannya, dari zaman Adam sampai zaman terbaru...

Jika engkau berjalan pada kevakuman, dengan demikian engkau sama dengan penghuni liang lahat...

1 komentar: