Selasa, 25 November 2008

Salam...

Assalam alikum ya akhi ya ukhti..

Assalam alikum ya akhi ya ukhti..

Salam-salam hai saudaraku, semoga Allah merahmatimu..

Salam-salam wahai semua, semoga hidup jadi bahagia..

Mungkin untaian lagu ini tidak asing lagi di telinga kita. Ya, potongan lagu ini adalah lagu yang dilantunkan oleh seorang bekas roker indonesia, Opick. Lagu yang bagus, dengan arasemen musik minangkabau. Tetapi bagi saya, yang menarik bukan arasemennya atau syair lagunya, melainkan pesan yang ingin disampaikan oleh pencipta lagu memalui lagu ini, yaitu tentang salam.

Dalam tradisi islam, mengucapkan salam bukan hanya sekedar menyapa. Salam juga berarti doa sekaligus jaminan keamanan. Kata “assalaamu Alaikum warahmatullahi wa barakaatuh”, berati ”semoga Allah memberikan kesalamatan dan rahmat kepada anda”. Jadi, ketika kita mengucapkan salam kepada orang lain, itu artinya kita sedang mendoakan keselamatan dan curahan rahmat dari Allah untuk orang itu.

Jika ungkapan salam disampaikan dengan penuh kesadaran dan penuh keikhlasan, maka akan menghasilkan sebuah sinergi yang kuat dan saling menguntungkan. Sayang, kadangkala kita mengganti sapaan mesra dan penuh daya ini dengan dengan ungkapan selamat pagi atau yang lainnya. Atau ketika kita mengungkapannya dengan spontan, terburu-buru dan tanpa penghayatan. Akibatnya, ungkapan salam yang seharusnya penuh kekuatan dan rasa damai untuk orang lain menjadi seolah tanpa makna. Tidak meinggalkan bekas.

Mungkin kita menganggap salam sebagai rangkaian kata sederhana. Tetapi sebenarnya ungkapan salam dalam tradisi Islam merupakan suatu janji persaudaraan untuk saling memberi, membantu dan saling percaya. Ketika Rasulullah ditanya oleh seorang sahabatnya, “Perbuatan apakah yang baik dalam islam?” Beliau menjawab, “Sudi memberi makan dan salam kepada kepada orang yang kau kenal dan yang tidak kau kenal”.

Para generasi sebelum kita benar-benar memahami dan menerapkannya, dengan penuh kesadaran. Mereka menyadari bahwa ‘memberi’ dengan penuh keramahan, baik memberi makan atau memberi salam kepada orang lain adalah kata kunci dalam meraih kesuksesan.

Salam juga berarti ungkapan keramahan seseorang kepada orang lain. Adam Smith, yang dikenal sebagai bapak ekonomi, dalam bukunya The Wealth of Nations mengutip laporan perjalanan Doktor Pocock yang menjelaskan rahasia kesuksesan para pedagang Arab. Keberhasilan mereka, tulis Smith, terletak pada keramahan dan kemurahannya. Tepatnya, ia menulis, "ketika mereka memasuki sebuah kota, mereka mengundang orang-orang di jalan, baik kaya maupun miskin, untuk makan bersama dengan duduk bersila. Mereka memulai makan dengan mengucap bismillah dan mengakhirinya dengan ucapan hamdalah." (Adam Smith,Wealth of Nations [Oxford University Press,1993] hal.261,541).

So, salam yang diungkapkan dengan penuh keikhlasan dan keramahan akan menghasilkan sinergi yang kokoh, dan berujung pada kesuksesan.

1 komentar: